Oleh Suci Anisa Aulia
Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk dalam aktivitas belanja. Shopee, sebagai salah satu aplikasi e-commerce terbesar di Indonesia, telah menjadi platform yang tidak hanya menawarkan kemudahan transaksi, tetapi juga memengaruhi pola hidup, preferensi konsumsi, serta etika masyarakat dalam bermedia dan bertransaksi. Seperti halnya media digital lain yang sudah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Indonesia, kehadiran Shopee juga membentuk perilaku sosial melalui interaksi digital, akses informasi, serta perubahan nilai dan norma dalam masyarakat modern.
Pengaruhnya dapat terlihat dari tiga sisi utama: gaya hidup, budaya konsumsi, dan etika masyarakat dalam berinteraksi di ruang digital.
Dari sisi gaya hidup, Shopee memberikan kemudahan yang signifikan melalui fitur pencarian cepat, promo harian, sistem pembayaran digital, dan layanan pengiriman yang praktis. Kemudahan ini mendorong masyarakat untuk lebih bergantung pada aktivitas belanja online, bahkan dalam memenuhi kebutuhan yang sebelumnya biasa dibeli secara langsung. Pengaruh ini menciptakan gaya hidup yang serba instan dan efisien, namun juga memicu kecenderungan konsumtif karena paparan terus-menerus terhadap iklan digital, flash sale, dan rekomendasi produk berbasis algoritma. Pola ini serupa dengan pengaruh media sosial dalam membentuk perilaku pengguna yang banyak dipengaruhi oleh tampilan dan stimulasi digital berkelanjutan.
Dalam konteks budaya konsumsi, Shopee telah mentransformasi cara masyarakat memandang kebutuhan dan keinginan. Fitur promo besar-besaran pada tanggal tertentu seperti 11.11 atau 12.12 menciptakan fenomena budaya konsumsi baru yang berorientasi pada momen diskon massal. Masyarakat menjadi terbiasa menunda pembelian hingga momen promo, dan tren belanja online menjadi bagian dari gaya hidup kolektif. Selain itu, meningkatnya konten ulasan, live shopping, serta influencer marketplace semakin mempengaruhi keputusan membeli. Budaya konsumsi yang terbentuk bukan hanya berdasarkan kebutuhan, tetapi juga dorongan emosional, impulsif, dan penilaian digital. Pola ini menunjukkan adanya ketergantungan pada validasi digital dan tren pasar sebagaimana remaja pada media sosial memvalidasi identitas melalui interaksi digital.
Sementara itu, dari sisi etika masyarakat, penggunaan Shopee memunculkan tantangan baru terkait kejujuran penjual, transparansi produk, hingga etika pengguna dalam memberikan ulasan. Kemunculan praktik fake review, penipuan toko palsu, atau manipulasi harga menandakan adanya degradasi etika digital yang perlu diperhatikan. Di sisi lain, konsumen juga sering memanfaatkan fitur komplain secara berlebihan tanpa mempertimbangkan proses bisnis penjual. Pergeseran interaksi ekonomi ke ruang digital menjadikan etika transaksi semakin kompleks karena minimnya kontrol tatap muka. Fenomena ini sejalan dengan tantangan etika dalam interaksi digital, seperti tekanan sosial dan ketergantungan pada respons pengguna yang dapat memengaruhi perilaku dan nilai diri seseorang.
Secara keseluruhan, Shopee memberikan dampak besar terhadap gaya hidup, budaya konsumsi, dan etika masyarakat Indonesia. Di satu sisi, aplikasi ini menghadirkan efisiensi, akses belanja yang luas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Namun di sisi lain, platform ini juga berpotensi meningkatkan perilaku konsumtif, membentuk budaya hedonisme digital, serta menimbulkan masalah etika dalam transaksi online. Oleh karena itu, literasi digital dan kesadaran etika perlu diperkuat agar masyarakat mampu memanfaatkan Shopee secara bijak, tanpa kehilangan nilai-nilai sosial yang penting. Dengan pendekatan yang tepat, aplikasi digital seperti Shopee dapat memberikan dampak positif yang jauh lebih besar bagi perkembangan masyarakat Indonesia.