Jakarta — Upaya peningkatan kualitas layanan teknologi terus dilakukan PT Teknologi Inovasi Mandiri (PT TIM) untuk menjaga stabilitas sistem yang digunakan oleh klien korporasi. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah menerapkan Automated Troubleshooting System (ATS) pada lingkungan Oracle WebLogic Server. Sistem ini dikembangkan untuk mempermudah proses monitoring infrastruktur sekaligus mendeteksi gangguan secara otomatis. Implementasi ini dilakukan oleh mahasiswa Kerja Praktek dari Program Studi Teknik Informatika Universitas Pamulang.
Penerapan sistem ATS dilakukan karena PT TIM menghadapi permasalahan monitoring server yang sebelumnya masih dilakukan secara manual. Proses pengecekan satu per satu melalui Admin Console memakan waktu lama dan rentan terjadi human error. Berdasarkan hasil studi lapangan, lingkungan server terdiri atas satu cluster WebLogic dan empat node utama—AdminServer serta tiga ManagedServer. Dengan kompleksitas tersebut, manual monitoring berpotensi menyebabkan keterlambatan deteksi gangguan yang dapat berdampak pada downtime layanan.
Mahasiswa Kerja Praktek kemudian melakukan observasi, pengumpulan data, hingga merancang otomatisasi melalui platform ATS. Sistem ini bekerja dengan mekanisme penjadwalan otomatis untuk melakukan pengecekan kesehatan server, mulai dari status layanan, penggunaan RAM, Node Manager, hingga konektivitas JDBC Data Source. Hasil temuan menunjukkan bahwa ATS mampu mengidentifikasi anomali lebih cepat dibanding metode manual, termasuk mendeteksi status shutdown atau penggunaan memori yang melebihi ambang batas.

Tidak hanya melakukan pemantauan, ATS juga memberikan notifikasi peringatan (warning) maupun peringatan kritis (critical) kepada tim teknis perusahaan. Dengan demikian, administrator dapat langsung mengambil tindakan preventif sebelum gangguan berkembang menjadi kerusakan sistem yang lebih besar. Pendekatan ini sejalan dengan konsep preventive maintenance, yaitu pencegahan kerusakan melalui sistem monitoring real-time dan pengambilan keputusan berbasis data.
Implementasi ATS juga mendukung transformasi operasional PT TIM dari reaktif menjadi proaktif. Jika sebelumnya tim teknis hanya melakukan perbaikan setelah terjadi gangguan, kini perusahaan dapat menganalisis data secara berkala untuk mengantisipasi anomali. Evaluasi terhadap hasil pengujian menunjukkan bahwa ATS berhasil menampilkan status seluruh node secara real-time, memastikan konsistensi log backend, dan memvalidasi kondisi cluster dengan akurat.
Penerapan teknologi otomatisasi ini tidak hanya memberikan manfaat bagi perusahaan, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa Kerja Praktek yang terlibat. Mereka berkesempatan memahami infrastruktur enterprise, melakukan konfigurasi server, hingga menguji sistem berbasis middleware yang digunakan pada industri IT berskala besar. Kolaborasi ini menjadi bentuk nyata implementasi ilmu kampus dalam dunia kerja.
Ke depan, PT TIM berencana mengembangkan fitur lanjutan seperti self-healing, yaitu kemampuan sistem untuk memperbaiki gangguan ringan tanpa intervensi manusia. Selain itu, integrasi notifikasi ke platform pesan instan seperti WhatsApp atau Telegram juga dipertimbangkan agar respons penanganan semakin cepat dan efektif.
Dengan adanya penerapan ATS, PT Teknologi Inovasi Mandiri semakin siap memberikan layanan yang stabil, cepat, dan andal bagi para mitra bisnis. Inovasi ini sekaligus menunjukkan bahwa teknologi otomatisasi memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan layanan digital pada era transformasi teknologi yang terus berkembang.