Obat Itu Tersembunyi Dibangku Pendidikan

Penulis : Adinda Putri Ramadanti

Lagi dan lagi aku duduk terdiam memandangi langit sembari terus memikirkan hal-hal yang terus memenuhi otakku ini. Adakalanya aku berbicara dengan diriku sendiri layaknya orang yang dengan imajinasi tinggi yang terpengaruh oleh pil ekstasi, padahal aku hanya sedang berfikir ‘plot twist dihidupku ternyata sebanyak ini’. 

Hidup sebagai anak muda yang berusaha untuk memenuhi ekspetasi untuk diri ini dikehidupan perkotaan yang bukan awam lagi di masyarakat, terlebih lagi jika dikerucutkan untuk membicarakan tentang pergaulan yang ada.  Dibalik gemerlap media sosial yang senantiasa menyoroti kehidupan yang di pandang keren oleh banyak orang, tak heran menyimpan sejuta misteri didalamnya. 

“Jika ada putih apa mungkin tidak ada hitam walau setitik?”

Mungkin titik itu tidak terlihat oleh mata biasa namun nyatanya orang yang bisa dibilang ‘paham’ meraka tau apa yang terjadi di dalamnya.

Berbicara mengenai ‘hal keren’ di media sosial tentu sangat bervariasi. Kenapa demikian? standar ketepatan atas kehidupan dinilai cukup tinggi dengan persaingan yang makin tak masuk di otak ini. Tidak heran banyak anak muda yang depresi. 

Layaknya lirik lagu Lomba Sihir yaitu berupa “cari pelarian tak pernah usai”. Bisa di ibaratkan sebagai kondisi anak muda saat ini. Bukan hanya saat ini tapi saat aku masih sekolah pun aku telah melihatnya secara nyata.  Banyak sekali persoalan disekitarku yang sekiranya akan ku narasikan dalam artikel kali ini.

Dimulai dari hal kecil

Jika dulu disekolah, temanku kerapkali membawa satu pil yang aku sendiri bingung tentang hal tersebut. Namun ketika aku dewasa, aku paham apa itu. Ya, dimulai dari kebiasaan kecil yang sering terjadi di lingkungan sekolah, hal tersebut dimulai. 

Ilustrasi Sekolah (sumber : iStock)

Dilansir dari salah satu portal berita bahwa terdapat aduan dari masyarakat tentang maraknya anak sekolah yang menggunakan tramadol di daerah Bogor Jawa Barat. Bahkan terdapat temuan yang berupa peredaran tramadol di lingkungan sekitar sekolah.

Mengenai persoalan ini, sekolah memiliki peran dalam urusan memberikan penyuluhan terkait bahaya narkotika dilingkungan sekolah. Kenapa narkotika? hal tersebut dikarenakan pada hakikatnya tramadol masuk kedalam golongan opioid yang biasa diresepkan dokter sebagai analgesik atau pereda rasa sakit dan tidak memberikan perubahan perilaku penggunanya.

Ilustrasi Obat

Miris jika persoalan tramadol ini terus terjadi dimasyarakat, terlebih dengan anak sekolah yang mengkonsumsinya dengan dosis yang tidak dengan sebagai mana mestinya. 

“Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit.” Tentu tidak asing lagi dengan ungkapan tersebut bukan? ya jika persoalan tersebut terus terjadi, sampai kalian dewasa pun akan tetap terjadi bahkan berkembang dari masa ke masa. Jika kalian lihat di portal berita saat ini, cukup marak persoalan yang berkaitan dengan narkoba dilingkungan universitas kan? sebenarnya hal ini bukan lagi persoalan tabu dikalangan mahasiswa, bisa diibaratkan 7 : 3 mahasiswa tentu tahu akan hal tersebut.

Lalu bagaimana jika sudah mengkonsumsi? apakah bisa direhabilitasi?

Dalam hal ini rehabilitasi ini di atur dalam Undang – Undang Nomoe 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika . Rehabilitasi ini diharapkan bisa mengambalikan seorang pengguna narkotika kembali pada dirinya semula, sebelum mengenal segala jenis obat terlarang. 

“Jika memang ada kesadaran dari hati, dilakukan dengan sepenuh hati, hasilnya pasti akan memuaskan hati.”