KESETARAAN GENDER DALAM TEKNOLOGI : Mendorong Kesetaraan Gender dalam Industri Teknologi

Penulis : AHMAD FAHMI ABDILLAH

portalbersama.com – Industri teknologi adalah salah satu industri yang terus berkembang dengan pesat. Namun, satu masalah yang masih menjadi perhatian adalah ketimpangan gender di dalamnya. Meskipun banyak kemajuan yang telah dicapai, perempuan masih kurang terwakili dalam dunia teknologi. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi isu kesetaraan gender dalam industri teknologi dan membahas langkah-langkah yang dapat diambil untuk mendorong perubahan positif.

Pada suatu seminar teknologi Eni Widiyanti, Asisten Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyampaikan bahwa memang peran perempuan di bidang STEM (science, technology, engineering and mathematic) masih kurang dan partisipasinya dalam dunia kerja di bidang teknologi juga masih sedikit. Menurut data BPS ada sekitar 57% perempuan yang keluar dari pekerjaan.  “Kita membutuhkan desain pekerjaan masa depan yang flexible untuk membantu para perempuan dalam melakukan pekerjaaanya.,” tambah Eni.

inkedIn Jobs on the Rise tahun 2022 juga menyoroti rendahnya tingkat partisipasi perempuan di dua pekerjaan bidang teknologi. Sepanjang tahun 2021, hanya 33,3% perempuan yang dipekerjakan sebagai Data Scientist Specialists dan hanya 27,8% sebagai Machine Learning Engineers.

Menurut studi dari UNESCO pada 2015, rendahnya tingkat partisipasi pekerja perempuan di bidang industri disebabkan oleh persepsi bahwa lingkungan kerja di industri yang melibatkan pekerjaan fisik dan dominan pekerja laki-laki sehingga tidak menarik bagi pekerja perempuan. Sementara itu, berdasarkan Sakernas BPS tahun 2020, jumlah pekerja pada sektor industri adalah 17,48 juta dengan proporsi pekerja perempuan adalah 43,68% 

ilustrasi tantangan perempuan pada industri teknologi
Foto : AHMAD FAHMI ABDILLAH for portalbersama.com

Tantangan perempuan 

Eunice Sari, CEO and Co-Founder of UX Indonesia, mengungkapkan meski perempuan memiliki kemampuan, dalam kenyataan sehari-hari perempuan masih menghadapi tantangan, yakni masih merasa sebagai kelompok minoritas. Ia mencontohkan, pengalaman sejumlah perempuan yang menjadi konsultan di bidang teknologi dan bisnis, yang masih dihinggapi perasaan khawatir dan ketakutan saat berhadapan dengan situasi yang didominasi laki-laki. Bahkan, ada kondisi perempuan menghadapi ketakutan ketika merasa laki-laki seakan-akan menunggu perempuan melakukan kesalahan. Kondisi tersebut kemudian dijadikan sebagai alasan bahwa perempuan tidak mampu dan tidak bisa berpikir seperti laki-laki. ”Mereka ketakutan sendiri, ada perasaan nanti gimana orang memikir saya seperti itu,” ujarnya seraya mendorong perempuan untuk berani mengambil berbagai peluang dan kesempatan untuk maju. Dia mencontohkan, sebenarnya di Indonesia, terutama di desa-desa, usaha mikro kecil menengah dikuasai oleh perempuan. Akan tetapi ketika ada pertemuan penting, perempuan yang berbisnis langsung tidak datang, dan yang datang laki-laki atau suaminya yang malah tidak paham/mengerti apa-apa tentang bisnis tersebut.

Kekuatan emosi 

Adapun Yudi Latif, pakar Aliansi Kebangsaan, saat diminta memberikan pandangannya tentang potensi dan peran perempuan di era digital, mengungkapkan, era teknologi informasi terus berkembang, tetapi perempuan masih dihadapkan dengan berbagai tantangan. Padahal, era teknologi digital seharusnya menjadi bagian dari perempuan sebab lebih ramah bagi kaum perempuan karena teknologi digital tidak perlu berbasis pada kekuatan. Sebab, meskipun hal-hal teknis bisa dikerjakan oleh mesin, sebenarnya ada hal-hal yang tidak diambil alih oleh teknologi. ”Hal-hal yang tidak bisa dikerjakan oleh mesin adalah emosi, imajinasi, dan etika. Oleh karena itu semakin kita mengarah pada high tech,  kita harus membudayakan high touch.  Jadi di sini perempuan terpanggil dengan teknologi, bukan hanya teknisnya tapi sentuhan-sentuhan feminitas itu harus berkembang luas,” kata Yudi

termasuk perempuan menggambarkan situasi kehidupan masyarakat Indonesia saat ini sebenarya belum banyak bergeser dari apa yang dialami di masa RA Kartini.  Selain eksploitasi, kesenjangan sosial, kapitalisme yang merembet di seluruh dimensi, dan legitimasi agama, dominasi laki-laki juga masih terjadi sampai sekarang. Meskipun mulai banyak kemajuan perempuan, dominasi laki-laki masih bertahan. ”Kartini merupakan perempuan yang visioner di zamannya karena mampu merespons tantangan jaman dengan berpikir yang sangat jauh,” katanya. Karena itu, jika Kartini sudah berpikir visioner, seharusnya perempuan-perempuan saat ini berpikir jauh lebih maju seiring perkembangan teknologi informasi. Bahkan, Julie Trinadewani mengingatkan kata-kata Kartini lebih dari seabad yang lalu, yakni kecerdasan otak saja tidak berarti segala-galanya. Harus ada juga kecerdasan lain yang lebih tinggi, yang erat hubungannya dengan orang lain untuk mengantarkan orang ke arah yang ditujunya. Di samping otak, juga hati harus dibimbing, kalau tidak demikian peradapan tinggal di permukaan saja.

ilustrasi kesetaraan gender dalam industri teknologi
foto : AHMAD FAHMI ABDILLAH for portalbersama.com

Mendorong kesetaraan gender dalam industri teknologi adalah suatu langkah penting untuk menciptakan lingkungan yang inklusif, adil, dan beragam. Meskipun industri teknologi telah mencapai kemajuan signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kesenjangan gender masih ada dalam hal representasi, kesempatan, dan pengakuan. Berikut Langkah yang dapat diambil untuk mendorong kesetaraan gender dalam industri teknologi:

  1. Meningkatkan kesadaran: Penting untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu kesetaraan gender dalam industri teknologi. Dalam hal ini, konferensi, seminar, dan kampanye pendidikan dapat membantu mengedukasi orang-orang tentang pentingnya inklusi dan mengatasi bias gender.
  2. Membangun lingkungan yang inklusif: Perusahaan dan organisasi teknologi harus berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan bebas dari diskriminasi. Ini bisa melibatkan kebijakan penggajian yang adil, mempromosikan keberagaman dalam rekrutmen, serta memberikan pelatihan dan kesempatan pengembangan yang setara bagi semua karyawan, tanpa memandang jenis kelamin.
  3. Peran model yang kuat: Penting untuk memiliki peran model yang kuat dalam industri teknologi yang dapat menginspirasi dan memotivasi perempuan untuk mengejar karier di bidang ini. Melalui meningkatnya representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan dan peran teknis, perempuan lain akan merasa lebih terdorong untuk mengikuti jejak mereka.
  4. Pendidikan dan pelatihan: Penting untuk memperkuat pendidikan dan pelatihan di bidang teknologi sejak dini. Hal ini bisa meliputi program-program pendidikan yang mendorong minat dan partisipasi perempuan dalam ilmu komputer, teknik, dan bidang terkait lainnya. Selain itu, penting untuk menghilangkan stereotip gender yang berkaitan dengan kemampuan teknologi.
  5. Membangun jaringan dan mentorship: Membangun jaringan dan mentorship bagi perempuan dalam industri teknologi dapat memberikan dukungan dan peluang pengembangan. Ini bisa dilakukan melalui pembentukan komunitas atau asosiasi yang bertujuan untuk memperkuat dan mendukung perempuan dalam mencapai kesuksesan profesional di bidang teknologi.
  6. Transparansi dan akuntabilitas: Perusahaan dan organisasi harus melakukan peninjauan terhadap praktik-praktik penggajian dan promosi mereka untuk memastikan adanya kesetaraan gender. Mereka juga harus berkomitmen untuk transparansi dalam melaporkan data mengenai perbedaan gender dalam hal pembayaran, promosi, dan kesempatan karier.
  7. Memerangi bias gender: Penting untuk mengenali dan mengatasi bias gender yang dapat mencegah perempuan meraih kesempatan yang setara dalam industri teknologi. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan kesadaran bias, pengujian algoritme yang adil secara gender, dan pengimplementasian kebijakan yang melindungi perempuan dari diskriminasi dan pelecehan.
  8. Kolaborasi dan kemitraan: Industri teknologi, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil dapat bekerja sama dalam mendorong kesetaraan gender. Dengan kolaborasi yang kuat, mereka dapat mengembangkan inisiatif bersama, kebijakan, dan program-program yang berfokus pada mewujudkan kesetaraan gender dalam industri teknologi.

Mendorong kesetaraan gender dalam industri teknologi membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan komitmen dari semua pihak terlibat. Dengan mengadopsi langkah-langkah ini, kita dapat membangun industri teknologi yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan.